Sejarah Desa Bodor tidak terlepas dari sejarah Masyarakat Samin di Kabupaten Nganjuk. Desa ini awalnya bernama desa Bodoran dengan lurah seumur hidup yang bernama Surodikromo. Lurah Surodikromo adalah Kepala Desa yang dermawan, karena sangat terpengaruh oleh gaya kehidupan masyarakat samin.
Karena adanya semangat perubahan maka desa ini pada tahun 1952 diubah namanya menjadi Bodor. Nama Bodor didasarkan pada nama seorang ksatria yang gagah berani memperjuangkan keadilan dan kebenaran di desa ini pada zaman dahulu.
Adapun Kepala Desa yang pernah menjabat hingga sekarang adalah sebagai berikut :
NO NAMA MASA MENJABAT 1. Surodikromo Seumur Hidup 2. Wiryohanggono Seumur Hidup 3. Mimbar Tahun 1983 s.d 1991 4. Yiyik Mujiati Tahun 1991 s.d 1999 5. Moh. Hidayat Tahun 1999 s.d 2007 6. Darmadi Tahun 2007 s.d 2013 7. Darmadi Tahun 2013 s.d 2019 8. Darmadi Tahun 2019 s.d Sekarang
Demikian Asal Usul Pemerintahan Desa Bodor.
Secara geografis Desa Bodor terletak pada posisi 7° 20' 0” - 7° 50' 0” Lintang Selatan dan 115° 5' 0” - 112° 13' 0” Bujur Timur. Topografi ketinggian desa ini adalah berupa daratan sedang yaitu sekitar 56 m di atas permukaan air laut. Berdasarkan data BPS kabupaten Nganjuk tahun 2018, selama tahun 2018 curah hujan di Desa Bodor rata-rata mencapai 1830 mm. Curah hujan terbanyak terjadi pada bulan Desember hingga mencapai 1900 mm.
Batas – batas desa meliputi :
NO URAIAN DESA 1. Sebelah Utara Desa Kecubung dan Desa Jetis 2. Sebelah Barat Desa Banaran dan Desa Babadan 3. Sebelah Selatan Desa Babadan, Desa Pacekulon dan Desa Pacewetan 4. Sebelah Timur Desa Pacewetan dan Desa Jetis Jarak tempuh Desa Bodor ke ibu kota kecamatan adalah 2 km, yang dapat ditempuh dengan waktu sekitar 10 menit dengan kendaraan bermontor. Sedangkan jarak tempuh ke ibu kota kabupaten adalah 12 km, yang dapat ditempuh dengan waktu sekitar ½ jam.